Rabu, 03 Februari 2010

Tidur Dengan Lampu Menyala, Bahaya!!

Anak-anak yang tidur dengan lampu menyala beresiko mengidap leukemia.Para ilmuwan menemukan bahwa tubuh perlu suasana gelap dalam menghasilkan zat kimia pelawan kanker. Bahkan ketika menyalakan lampu toilet, begadang, bepergian melintas zona waktu, lampu-lampu jalanan dapat menghentikan produksi zat melatonin.

Tubuh memerlukan zat kimia untuk mencegah kerusakan DNA dan ketiadaan zat melatonin tersebut akan menghentikan asam lemak menjadi tumor dan mencegah pertumbuhannya.

Prof. Russle Reiter dari Texas University yang memimpin penelitian tersebut mengatakan “Sekali Anda tidur dan tidak mematikan lampu selama 1 menit. Otak Anda segera mendeteksi bahwa lampu menyala seharian dan produksi zat melatonin menurun”.

Jumlah anak-anak pengidap leukimia naik menjadi dua kali lipat dalam kurun 40 tahun terakhir. Sekitar 500 anak muda dibawah 15 tahun didiagnosa menderita penyakit ini pertahun dan sekitar 100 orang meninggal.

Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia diadakan di London menyatakan bahwa orang menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur dimalam hari dibanding dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.

Hal ini menekan produksi melatonin dimana normalnya terjadi antara jam 9 malam s/d jam 8 pagi. Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa orang-orang yang paling mudah terserang adalah para pekerja shift yang memiliki resiko terkena kanker payudara.

Pada kenyataannya, Orang-orang buta tidak rentan terhadap melatonin memiliki resiko yang lebih rendah mengidap kanker. Maka para orang tua disarankan utk menggunakan bola lampu yang suram berwarna merah atau kuning jika anak-anaknya takut pada kegelapan.



Sumber :http://timetotalks.blogspot.com

Alasan posisi hurup pada keyboard

Mengapa susunan huruf dalam keyboard mesin ketik, komputer, hingga PDA kita berupa “QWERTYUIOP” dan seterusnya? Mengapa tidak dibuat saja berurutan seperti “ABCDEFGH” dan seterusnya?

Konon, keyboard tersebut sudah diciptakan sejak tahun 1860an oleh Sholes dan Dunsmore. Awalnya mereka membuatnya berurutan sesuai abjad. Namun, lambat laun seiring dengan meningkatnya kemampuan (kebiasaan) user, kecepatan mengetik menjadi lebih cepat padahal mekanisme mesin saat itu masih sederhana. Akibatnya, (baris) tombol tertentu menjadi sering macet dan menghambat pekerjaan.

Berdasar pengalaman mereka, akhirnya disusunlah keyboard yang sengaja dipersulit dan dibuat tidak efisien agar keyboard tidak mudah jammed. Desain mesin ketik itu kemudian dijual ke Remington untuk diproduksi secara massal tahun 1873. Susunannya terbagi dalam empat baris, baris teratas berupa “23456789-”, baris kedua “QWE.TYIUOP”, baris ketiga “XDFGHJKLM”, dan baris terbawah “AX&CVBN?;R”.

Seiring berjalannya waktu, teknologi berkembang pesat dan masalah tombol keyboard yang sering macet sudah teratasi dengan desain mekanik yang lebih baik. Sejumlah desain keyboard alternatif juga muncul di pasaran. Salah satu yang cukup populer adalah Dvorak Simplified Keyboard (DSK) yang dibuat oleh August Dvorak tahun 1936. Desain itu diklaim merupakan desain yang lebih efisien, cepat, dan egronomis.

QWERTY sebenarnya punya banyak kelemahan seperti membuat tangan kiri Anda overload terutama ketika menulis dalam bahasa Inggris (hal serupa saya rasakan ketika menulis dalam bahasa Indonesia). QWERTY juga membuat kelingking Anda overload. Penelitian menunjukkan bahwa distribusi huruf tidak merata sehingga jari Anda harus menyeberang dari baris ke baris—-bila dihitung jari tukang ketik tipikal akan berjalan lebih dari 20 mil per hari dibandingkan dengan DSK yang hanya 1 mil.

Sayangnya, orang tetap ogah berpaling dari desain “QWERTY” kendati desain tersebut bukan merupakan desain yang terbaik. Sekalipun teknologi sudah bisa mengatasi problem tombol yang nge-jam, orang tetap bertahan dengan desain “QWERTY” bukannya desain lain yang lebih superior. Alih-alih, QWERTY malah dinobatkan menjadi standar internasional di tahun 1966.

Hal yang sama juga terjadi di Microsoft Windows. Kita tentu tahu bahwa Windows bukanlah sistem operasi terbaik, entah itu dari segi keamanan, kemudahan, kinerja, sampai soal keindahan. Namun, karena penetrasi pasar Windows sudah begitu deras, orang mulai terbiasa menggunakan Windows dan sistem operasi tersebut menjadi terstandardisasi.

Apakah tidak ada yang lebih baik dari Windows? Tentu saja tidak. Namun orang perlu pikir-pikir beberapa kali sebelum berpaling dari standar tersebut. Mereka harus menghadapi barrier seperti faktor biaya, isu kompatibilitas, proses pembelajaran, faktor waktu, dan masih banyak lagi. Akibatnya jumlah mereka yang setia jauh lebih besar daripada yang murtad. Inilah yang menjadikan Windows atau QWERTY kemudian menjadi standar—-kendati mereka bukan yang terbaik.

Dalam dunia ilmiah, fenomena ini dijelaskan sebagai konsep path dependency dan network externality. Intinya, inovasi tidak menghasilkan outcome yang out of the blue, tetapi merupakan perkembangan yang bisa diprediksi dari yang sudah-sudah. Selain itu, value dari inovasi tersebut akan makin tinggi bila digunakan oleh makin banyak orang. Pada tahap tertentu, inovasi tersebut akan menjadi standar yang digunakan oleh umum.





Sumber : anehbinunik.blogspot.com

Selasa, 02 Februari 2010

Mengapa Orang Lain Mendengar Suara Kita Berbeda Dari Yang Kita Dengar Sendiri?

Mungkin kita semua pernah mengalami kejadian ini. Kita mendengarkan rekaman suara kita ketika sedang berbicara dengan beberapa teman. Kita bersikeras itu bukan suara kita tapi semua orang yang lain setuju bahwa itu suara kita. Menurut ahli terapi suara Dr. Mike D'Asaro, ada sebuah pola universal dari 'penolakan' seseorang terhadap suaranya sendiri. Apakah ada penjelasan medis terhadap hal itu? Jawabannya, Ada. 
Suara bermula dari pangkal tenggorokan, tempat getaran dihasilkan. Sebagian getaran disampaikan melalui udara - itulah yang didengarkan oleh teman-teman kita (dan alat perekam suara) ketika kita berbicara. Sebagian getaran lainnya merambat melalui zat cair dan zat padat yang ada di dalam kepala kita. Bagian dalam dan tengah telinga kita adalah bagian berongga yang diselimuti oleh tulang terkeras dari tengkorak. Telinga bagian dalam berisi cairan, telinga bagian tengan berisi udara, dan keduanya saling menekan.
Pangkal tenggorokan juga dilapisi oleh lapisan-lapisan tipis penuh cairan. Suara yang merambat lewat udara berbeda dengan yang merambat melalui zat padat dan zat cair, dan perbedaan ini mempengaruhi untuk hampir semua perbedaan suara yang kita dengan di dalam rekaman.
Ketika kita berbicara, kita tidak hanya mendengarkan suara kita sendiri lewat telinga, tetapi juga melalui pendengaran internal, sebuah transmisi yang didominasi oleh cairan melalui sejumlah organ tubuh. Jadi, ketika sebuah gitar listrik dimainkan, siapakah yang mendengar suara aslinya? Para penonton, sang gitaris, atau perekam suara di dalam gitar tersebut? Pertanyaan ini dapat menimbulkan perdebatan. 
Ada tiga jenis suara berbeda yang dibuat oleh sang gitaris, dan prinsipnya sama dengan prinsip suara manusia. Kita tidak dapat menyebutkan yang mana yang mendengar suara aslinya, yang dapat kita yakini hanyalah ketika objek tersebut mendengarkan suara yang berbeda.
Dr. Asaro menyebutkan bahwa kita mempunyai memori internal mengenai suara kita di dalam otak, dan memori ini lebih kaya daripada yang kita dengar dalam alat perekam suara. Mendengarkan suara kita sendiri melalui alat perekam suara sama saja dengan mendengarkan siaran di radio yang transistornya sudah rusak, dapat dikenali namun bersifat tiruan.



Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2501911






Why do other people hear our voices differently than we do?
We have probably all had this experience. We listen to a tape recording of ourselves talking with some friends. We insist the tape doesn't sound at all like our voice, but everyone else's sounds reasonably accurate. According to speech therapist Dr Mike D'Asaro, there is a universal pattern of rejection of one's own voice. Is there a medical explanation?
Yes. Speech begins at the larynx, where the vibration emanates. Part of the vibration is conducted through the air - that is what your friends (and the tape recorder) hear when you speak. Another part of the vibration is directed through the fluids and solids of our heads. Our inner and middle ears are parts of caverns hollowed out by bone - the hardest bone of the skull. The inner ears contain fluid, the middle ears contain air, and the two press against each other. The larynx is also surrounded by soft tissue full of liquid. Sound transmits differently through the air and through solids and liquids, and this difference account for almost all of the tonal differences we hear on a recording of our own voice.
When we speak, we are not hearing our voice solely with our ears, but also through internal hearing, a mostly liquid transmission through a series of bodily organs. During an electric guitar solo, who hears the "real" sound? The audience, the guitarist, or the tape recorder located inside the guitar? the question is moot. There are three different sounds being made by the guitarist, and the principle is the same for the human voice. We can't say that either the tape recorder or the speakers hear the "right" voice, only that the voices are indeed different.
Dr D'Asaro points out that we have an internal memory of our voice in our brain, and the memory is richer than what we hear in a tape playback. Listening to a recording of our own voice is like listening to a symphony on a bad transistor radio. - the sound is recognisable but a pale imitation.


Sumber :Majalah Reader's Digest Asia edisi Fifth Annual Humour Issue